Minggu, 21 September 2014

Kisah Dua Pemahat

Alkisah ada dua pemahat hebat yang terkenal hingga diundang oleh Raja berlomba di istananya. Mereka diberikan sebuah ruangan besar dengan tembok - tembok batu bersebrangan. Persis di tengah ruangan dibentangkan tirai kain yang sempurna membatasi, memisahkan, sehingga pemahat yang satu tidak bisa melihat yang lain. Mereka diberikan waktu seminggu untuk membuat pahatan yang paling indah yang bisa mereka lakukan di tembok batu masing - masing.

Pemahat pertama memutuskan menggunakan seluruh pahat, alat - alat, dan berbagai peralatan lainya yang bisa digunakan untuk membuat pahatan indah di tembok batunya. Dia juga menggunakan cat - cat warna, hiasan - hiasan, dan segalanya. Pemahat pertama terus memahat berhari - hari, tidak mengenal lelah, hingga akhirnya menghasilkan sebuah pahatan yang luar biasa indahnya. Siapa pun yang melihatnya sungguh tak akan bisa membantah betapa indah pahatan itu. 

Waktu pun tiba, tirai kemudian dibuka. Tercenganglah pemahat pertama. Meski dia sudah bekerja keras siang - malam, persis di hadapannya, pemahat kedua ternyata juga berhasil memahat dinding lebih indah darinya. Sangat berkilau indah. Pemahat pertama berseru kepada Raja, dia akan menambah elok pahatannya! Berikan dia waktu! Dia akan mengalahkan pemahat kedua. Maka tirai ditutup lagi. Tanpa henti pemahat pertama mempercantik dinding bagiannya, berhari - hari. Hingga dia merasa saingannya tidak akan bisa membuat yang lebih indah dibandingkan miliknya.

Tirai dibuka untuk kedua kalinya. Sungguh pemahat pertama terkesiap, ternganga. Dinding di sebrangnya lagi - lagi lebih elok memesona. Pemahat pertama merasa tidak puas dan berteriak meminta waktu tambahan lagi. Begitu saja seterusnya, hingga berkali - kali. Pemahat pertama terus meminta waktu tambahan, dan dia selalu saja merasa dinding batu miliknya kalah indah dibandingkan milik pemahat kedua. 

Tahukah kalian sejatinya pemahat kedua tidak melakukan apapu terhadap dinding batunya. Dia hanya menghaluskan dinding itu secemerlang mungkin, membuat dinding itu berkilau bagai cermin. Hanya itu. Sehingga setiap kali tirai dibuka, dia sempurna hanya memantulkan hasil pahatan pemahat pertama.

Itulah beda antara orang - orang yang keterlaluan mencintai dunia dengan orang - orang yang bijak menyikapi hidupnya. Orang - orang yang terus merasa hidupnya kurang maka dia tidak berbeda dengan pemahat pertama, tidak akan pernah merasa puas. Tapi orang - orang bijak, orang - orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekali pun. 

Quoted from Tere-liye's Rembulan Tenggelam Di Wajahmu Novel. Bab 33 (Aku Dua Pemahat). Page 380-381)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar