PKN
Manusia Berkualitas
Manusia atau orang dapat
diartikan berbeda-beda menurut biologis,
rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens
(Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan
atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras
lain. Dalam antropologi kebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain
serta pertolongan.
Manusia berdasarkan Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mahluk berakhlak budi yang mampu
menguasai mahluk ciptaan
lainnya. Sedangkan berkualitas artinya adalah memilki mutu atau kualitas. Dari
pengertian tersebut manusia berkualitas adalah mahluk yang memiliki akal budi
yang memiliki mutu tertentu. Kualitas manusia sendiri dapat dilihat dari
berbagai sisi, minimal ada 3 aspek yang dapat ditemukan, yaitu aspek fisik,
kognitif (akademik) dan non-kognitif. Dari aspek non kognitif manusia
berkualitas yang dibutuhkan untuk menghadapi lintas budaya yang terjadi adalah
seseorang yang dapat
memahami hakikat dirinya
sebagai mahluk ciptaan Tuhan dan juga mahluk sosial yang berhubungan dengan
masyarakat sekitar. Dalam konteks ini manusia sebagai mahluk sosial bebas dalam
menjalani hidup, namun tetap harus menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan
Tuhan, dan tetap menjalani perintahnya serta menjauhi larangannya. Dalam
konteks lain manusia sebagai mendapatkan informasi dari berbagai macam sumber,
baik yang buruk maupun yang baik, dan penyebaran informasi dipermudah dengan
adanya globalisasi. Selain itu dalam konteks yang berbeda manusia berkualitas
adalah orang yang dapat memaksimalkan potensi yang ia miliki. Ada juga yang
beranggapan bahwa manusia berkualitas adalah manusia yang mengenal dirinya
dengan utuh, seimbang, dan sinergis.
Manusia merupakan makhluk yang
paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat
terbuka, dan mempunyai potensi yang agung. Al-Qur'an, mendudukan manusia
sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Al-Qur'an memberi
acuan konseptual yang sangat mapan dalam memberi pemenuhan kebutuhan jasmani
dan ruhani agar manusia berkembang secara wajar dan baik.
Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an
Manusia dikatakan sebagai
makhluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan,
sebagai makhluk yang mampu membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi
sehingga mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai
makhluk yang suka bermain, dan sebagai makhluk yang beragama. Dalam al-Qur'an,
manusia berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara
posetif, al-Qur'an mengatakan manusia itu "hanief" yaitu condong
kepada kebenaran, mentauhidkan Tuhan, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Karen Horney (1942, seorang ahli Psikologi), mengatakan bahwa
"manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan
dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga mewujudkan tingkahlaku yang harmonis.
Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan
harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan
hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain".
Gordon Allport (1964), "manusia berkualitas dipandang sebagai
orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya,
menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya
sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya
secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri
ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".
Jourard (1980), "manusia berkualitas adalah manusia sehat yang
memiliki ciri (a) membuka diri untuk
menerima gagasan orang lain; (b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta
lingkungannya; (c) kreatif; (d) mampu bekerja yang memberikan hasil
(produktif); dan (e) mampu bercinta".
Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman, "menamakan manusia
berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang
menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : (a)
memiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya; (b)
menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya; (c) bersifat otonom dan
memperlihatkan kewiraswastaan; (d) membina kesadaran bawahannya untuk
menampilkan upaya terbaik; (e) memandang penting keuletan dalam menjalankan
usaha; (g) menempatkan orang secara proporsional; dan (h) menggunakan prinsip
pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".
Banyak istilah yang digunakan
al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan
Allah dalam sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman
[al-Hujarat (49 : 14, dll] dan beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll),
diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah : 11, Fathir : 28, dll), alim
(al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai
khalifah (QS.al-Baqarah (2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) :
27-28, dll), hati yang tenteram (al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah
(2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll), taqwa (al-Baqarah (2) :
183, dll) , mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin, yang kemudian diberi
keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya.
Djamaludin Ancok [1998:12],
mengutip Hartanto [1997], Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital,
yaitu kapital intelektual [intelect capital], kapital sosial [social capital],
kapital lembut [soft capital], dan kapital spritual [spritual capital]. Empat
kapital yang dikemukan ini juga menggambar ciri
manusia berkualitas.
Ukuran kualitas manusia
sesungguhnya tergantung pada komposisi manusia yang terdiri dari : SIKAP
(tindakan), MENTAL (pola pikir), EMOSI (perasaan), dan ROHANI (keyakinan).
Kualitas hidup seseorang tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan, jabatan atau
seberapa jumlah kekayaannya. Jika kita melakukan hal-hal negatif, kita akan
dinilai rendah. Terlebih jika kita melanggar norma dan etika agama, kita tahu
penilaian orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga sikap
agar selalu positif dalam tindakan dan perkataan. Sikap manusia bukan sekedar
menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib hidup manusia.
Khususnya, tindakan kita dalam waktu singkat bisa mengubah nasib hidup.
Hal - hal yang jauh lebih
utam,hakiki, dan mulia dari sekedar materi yang mampu membedakan mana manusia
yang berkualitas mana yang tidak adalah
nilai-nilai spiritual dan prinsip hidup yang akan membentuk pola berfikir,
merasa dan berprilaku. Nilai-nilai spiritual menyiratkan pesan Allah, bahwa
satu-satunya standart yang membedakan kualitas manusia adalah keimanan dan
ketakwaan kepada Allah. Hal ini tercermin lewat kebersihan akal, hati, dan
kemuliaan perilaku. Bila keimanan dan ketakwaan dibarengi dengan ilmu
agama(Ilmu Kauliyah) dan ilmu Kauniah (ilmu pengetahuan) maka keimanan dan
ketakwaan ini semakin tinggi dan memiliki kekuatan membangun.