Jumat, 02 September 2011

MANUSIA BERKUALITAS

PKN


Manusia Berkualitas

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Manusia berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah mahluk berakhlak budi yang mampu
menguasai mahluk ciptaan lainnya. Sedangkan berkualitas artinya adalah memilki mutu atau kualitas. Dari pengertian tersebut manusia berkualitas adalah mahluk yang memiliki akal budi yang memiliki mutu tertentu. Kualitas manusia sendiri dapat dilihat dari berbagai sisi, minimal ada 3 aspek yang dapat ditemukan, yaitu aspek fisik, kognitif (akademik) dan non-kognitif. Dari aspek non kognitif manusia berkualitas yang dibutuhkan untuk menghadapi lintas budaya yang terjadi adalah seseorang yang dapat
memahami hakikat dirinya sebagai mahluk ciptaan Tuhan dan juga mahluk sosial yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Dalam konteks ini manusia sebagai mahluk sosial bebas dalam menjalani hidup, namun tetap harus menyadari bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhan, dan tetap menjalani perintahnya serta menjauhi larangannya. Dalam konteks lain manusia sebagai mendapatkan informasi dari berbagai macam sumber, baik yang buruk maupun yang baik, dan penyebaran informasi dipermudah dengan adanya globalisasi. Selain itu dalam konteks yang berbeda manusia berkualitas adalah orang yang dapat memaksimalkan potensi yang ia miliki. Ada juga yang beranggapan bahwa manusia berkualitas adalah manusia yang mengenal dirinya dengan utuh, seimbang, dan sinergis.

Manusia merupakan makhluk yang paling menakjubkan, makhluk yang unik multi dimensi, serba meliputi, sangat terbuka, dan mempunyai potensi yang agung. Al-Qur'an, mendudukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa jasmani dan rohani. Al-Qur'an memberi acuan konseptual yang sangat mapan dalam memberi pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani agar manusia berkembang secara wajar dan baik.

Manusia Berkualitas Menurut al-Qur'an
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang pandai menciptakan bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang mampu membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang suka bermain, dan sebagai makhluk yang beragama. Dalam al-Qur'an, manusia berulangkali diangkat derajatnya karena aktualisasi jiwanya secara posetif, al-Qur'an mengatakan manusia itu "hanief" yaitu condong kepada kebenaran, mentauhidkan Tuhan, dan nilai-nilai luhur lainnya.

Karen Horney (1942, seorang ahli Psikologi), mengatakan bahwa "manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga mewujudkan tingkahlaku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain".

Gordon Allport (1964), "manusia berkualitas dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".

Jourard (1980), "manusia berkualitas adalah manusia sehat yang memiliki ciri (a) membuka diri untuk menerima gagasan orang lain; (b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya; (c) kreatif; (d) mampu bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan (e) mampu bercinta".

Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman, "menamakan manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : (a) memiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya; (b) menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya; (c) bersifat otonom dan memperlihatkan kewiraswastaan; (d) membina kesadaran bawahannya untuk menampilkan upaya terbaik; (e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha; (g) menempatkan orang secara proporsional; dan (h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".

Banyak istilah yang digunakan al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih, di antaranya kata manusia beriman [al-Hujarat (49 : 14, dll] dan beramal saleh (QS. at-Tiin (95) : 6, dll), diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah : 11, Fathir : 28, dll), alim (al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll), manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah (2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS. al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram (al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah (al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll), taqwa (al-Baqarah (2) : 183, dll) , mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin, yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya.

Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997], Raka & Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual [intelect capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft capital], dan kapital spritual [spritual capital]. Empat kapital yang dikemukan ini juga menggambar ciri
manusia berkualitas.

Ukuran kualitas manusia sesungguhnya tergantung pada komposisi manusia yang terdiri dari : SIKAP (tindakan), MENTAL (pola pikir), EMOSI (perasaan), dan ROHANI (keyakinan). Kualitas hidup seseorang tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan, jabatan atau seberapa jumlah kekayaannya. Jika kita melakukan hal-hal negatif, kita akan dinilai rendah. Terlebih jika kita melanggar norma dan etika agama, kita tahu penilaian orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, kita harus menjaga sikap agar selalu positif dalam tindakan dan perkataan. Sikap manusia bukan sekedar menentukan kualitas manusia, melainkan juga mempengaruhi nasib hidup manusia. Khususnya, tindakan kita dalam waktu singkat bisa mengubah nasib hidup.

Hal - hal yang jauh lebih utam,hakiki, dan mulia dari sekedar materi yang mampu membedakan mana manusia yang berkualitas mana yang tidak  adalah nilai-nilai spiritual dan prinsip hidup yang akan membentuk pola berfikir, merasa dan berprilaku. Nilai-nilai spiritual menyiratkan pesan Allah, bahwa satu-satunya standart yang membedakan kualitas manusia adalah keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Hal ini tercermin lewat kebersihan akal, hati, dan kemuliaan perilaku. Bila keimanan dan ketakwaan dibarengi dengan ilmu agama(Ilmu Kauliyah) dan ilmu Kauniah (ilmu pengetahuan) maka keimanan dan ketakwaan ini semakin tinggi dan memiliki kekuatan membangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar